PERKUATAN PADA LERENG
"Layanan paripurna dan hasil terbaik adalah modal utama kami"
Lereng didefinisikan sebagai permukaan tanah yang tidak horizontal di mana terdapat dua permukaan tanah yang berbeda elevasinya, maka akan ada gaya-gaya yang bekerja mendorong sehingga tanah yang lebih tinggi kedudukannya cenderung bergerak ke bawah yang dapat menyebabkan kelongsoran.
Longsor secara sederhana dapat didefinisikan sebagai gerakan tanah atau batuan atau debris ke arah bawah terutama akibat pengaruh gravitasi. Gerakan tiba - tiba dari longsor ini dapat mengakibatkan kerusakan pada bangunan atau fasilitas umum, kerusakan lingkungan, mengganggu keseimbangan alam, mengakibatkan korban jiwa serta kerugian harta benda. Oleh karena itu perlu dilakukannya stabilisasi lereng guna meminimalisir potensi terjadinya kelongsoran.
Jenis perkuatan lereng terbagi menjadi 2 yaitu perkuatan lereng dengan bahan konstruksi dan juga perkuatan lereng dengan tanaman.
1. Perkuatan Lereng dengan Bahan Konstruksi
Perkuatan lereng dengan bahan konstruksi merupakan perkuatan yang menggunakan material beton maupun material alam yang tidak terpengaruh oleh faktor iklim dan mampu bertahan dalam kurun waktu yang lama. Seiring berjalannya waktu banyak inovasi yang muncul untuk metode perkuatan lereng, diantaranya yang paling banyak dijumpai adalah sebagai berikut :
a. Gravity Retaining Wall
Gravity Retaining Wall merupakan jenis dinding penahan yang berfungsi untuk menahan tekanan tanah lateral. Biasanya jenis dinding ini diperuntukkan untuk daerah timbunan tanah atau tebing landai sampai terjal. Prinsip kerja dinding ini bisa dibilang unik, karena mengandalkan bobot massa dari badan konstruksinya. Material penyusun yang digunakan adalah pasangan batu kali.
Gambar 1 - Gravity Retaining Wall Kaligarang – Semarang
b. Kantilever Retaining Wall
Kantilever Retaining Wall merupakan jenis dinding penahan tanah yang umum digunakan pada daerah timbunan atau tebing. Prinsip kerja dari dinding penahan ini dengan menjadi tumpuan jepit pada struktur utama dinding.
Gambar 2 – Cantilever Retaining Wall Kaligarang – Semarang
c. Sheet Pile
Sheet Pile merupakan dinding penahan tipe turap, jenis yang kerap digunakan untuk membendung air, oleh karena itu banyak dijumpai pada bangunan yang bersinggungan dengan air seperti pada sepanjang sungai. Material pada jenis perkuatan ini berupa prestressed concrete atau beton prategang dan baja.
Gambar 3 – Sheet Pile Kali Cideng
d. Gabion
Jenis dinding penahan tanah gabion tak sekedar digunakan sebagai dinding penahan tanah, jenis yang satu ini juga kerap diaplikasikan untuk meningkatkan konsentrasi resapan air ke dalam tanah. Biasanya dibangun dari kumpulan balok serta terbuat dari kawat bronjong yang dilengkapi isian batu belah dengan susuan vertikal. Selain itu juga karena bentuknya estetik dinding penahan ini banyak digunakan untuk stabilisasi pada rumah, villa, hotel, dsb.
Gambar 4 – Gabion Wall
e. Soldier Pile
Soldier Pile pada umumnya juga digunakan untuk konstruksi bawah tanah. Biasanya, pembuatannya dikombinasikan dengan sistem angkur sehingga dapat memutuskan aliran air bawah tanah dan mampu meningkatkan daya dukung tekanan aktif lateral tanah.
Gambar 5 – Soldier Pile
f. Diaphragm Wall
Diaphragm Wall pada umumnya digunakan untuk konstruksi bawah tanah seperti basement. Metode kerja perkuatan ini dibangun dari rangkaian besi beton bertulang kemudian dicor dengan sistem modular sehingga jauh lebih kokoh untuk pembangunan konstruksi bawah tanah.
Gambar 6 – Diaphragm Wall Underpass Bandara YIA
g. Revetment
Revetment biasanya digunakan untuk memperkuat daerah miring, seperti alur pantai atau tepian sungai. Jenis yang satu ini lebih efektif digunakan untuk mengamankan tanah terhadap gerusan dan banyak juga dipakai didaerah yang rentan terjadi longsor akibat abrasi.
Gambar 7 – Revetment
h. Geoframe
Geoframe adalah sebuah sistem perkuatan lereng atau dinding penahan tanah yang terdiri dari material geogrid, geotekstil non woven, dan frame. Fungsi dari material geogrid adalah memberikan perkuatan melalui kekakuan yang tinggi dalam menahan gaya yang bekerja pada lereng atau dinding geoframe. Fungsi dari material geotekstil non woven adalah sebagai lapisan penyaring agar butiran tanah tidak tererosi namun memungkinkan air keluar dari sistem dinding geoframe. Fungsi dari material frame adalah sebagai material pengkaku dan memberikan kerapihan facing yang baik dalam sistem dinding penahan tanah.
Gambar 8 – Geoframe
2. Perkuatan Lereng dengan Tanaman
Tanaman yang digunakan standarnya harus mampu menahan erosi pada lereng secara effektif.
- Lokasi yang cukup sinar matahari
- Kelandaian lereng yang memenuhi syarat
- Perawatan yang memadai
- Jenis tanah
Adapun jenis-jenisnya berupa :
Perkuatan lereng dengan tanaman rumput dapat dilakukan pada kemiringan 0° - 60°. Menurut Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan, perkuatan lereng dengan penanaman rumput dapat menurunkan tingkat erosivitas lereng jalan dan mampu menghemat biaya pembangunan hingga 50%.
Gambar 9 – Proteksi Tanaman dengan Rumput
b. Tanaman Berakar Serabut
Tanaman ini dapat ditanam pada tebing dengan pembuatan teras agar memperkuat tebing dan memberi kesan estetika. Pembuatan teras dapat dilakukan sesuai dengan tanaman yang akan ditanam.
c. Tanaman Berakar Dalam dan Panjang
Tanaman berakar dalam dan panjang membutuhkan pembuatan teras (sengkedan) terlebih dahulu yang disesuaikan dengan kemiringan tanah.