JAKARTA TERANCAM TENGGELAM?

Tunas Lima Warna

"Layanan paripurna dan hasil terbaik adalah modal utama kami"

JAKARTA TERANCAM TENGGELAM?

Provinsi DKI Jakarta merupakan Ibu Kota Republik Indonesia sekaligus menjadi pusat kegiatan ekonomi nasional, politik dan kebudayaan. Provinsi ini terletak di pesisir bagian barat laut Pulau Jawa. Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2020 mencatat jumlah penduduk DKI Jakarta pada September 2020 sebanyak 10,56 juta jiwa. Angka tersebut meningkat 945 ribu jiwa dibandingkan pada tahun 2010 yang mencapai 9,61 jiwa atau rata-rata tumbuh 88 ribu jiwa pertahun, hal ini tentunya akan berdampak pada daya dukung lahan sebagai tempat tinggal atau pemukiman termasuk di dalamnya kebutuhan akan konsumsi air dalam bentuk pengambilan air tanah untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri, menurut data PTSP DKI Jakarta pada tahun 2015 peruntukan lahan untuk perumahan menduduki proporsi terbesar yaitu sebesar 48,41% dari luas daratan DKI Jakarta, sedangkan luasan peruntukan untuk sektor industri, perkantoran dan perdagangan hanya mencapai 15,68%.

Pengambilan air tanah yang secara terus menerus akan mengakibatkan terjadinya pernurunan permukaan air tanah (land subsidence) secara berkelanjutan. Hal ini akan berdampak terhadap stabilitas tanah dan daya dukung yang diberikan oleh tanah terhadap konstruksi bangunan yang ada di atasnya khususnya pada pemukiman padat penduduk daerah pesisir DKI Jakarta bagian wilayah Utara.

Penurunan muka tanah (land subsidence) merupakan suatu proses gerakan penurunan muka tanah yang didasarkan atas suatu datum tertentu (kerangka referensi geodesi) dimana berbagai macam variabel penyebabnya (Marfai, 2006). Selain penurunan muka tanah ancaman lainnya adalah kenaikan permukaan air laut (sea level rise), dampak dari kedua fenomena tersebut akan memberi pengaruh buruk kepada provinsi ini baik dari sisi bawah maupun dari sisi atas kerusakannya akan berdampak serius dan berbahaya.

Menurut Eddy Hermawan Profesor Riset Bidang Metereologi Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (BRIN), ancaman kenaikan permukaan air laut di pesisir Jakarta penurunan air laut di DKI Jakarta sebesar 3 mm, walaupun kecil tapi tidak boleh diabaikan begitu saja oleh semua pihak. Ancaman pesisir DKI Jakarta tenggelam secara bertahap sudah dimulai dari tahun 2005, dalam 16 tahun terakhir, kawasan pesisir DKI Jakarta terus mengalami penurunan laju muka tanah secara bertahap. Penurunan tersebut, bisa mengancam kawasan tersebut hingga tenggelam di kemudian hari. Diprediksi pada 2050 ancaman tersebut akan terjadi. Hal ini juga berdampak serius bukan hanya pada kawasan pesisir DKI Jakarta saja namun juga akan mengintai kota-kota lain yang ada di Pulau Jawa.

Faktor penyebab terjadinya penurunan muka tanah di DKI Jakarta sendiri disebabkan karena 4 faktor yaitu kompaksi batuan, pengambilan air tanah secara berlebih, pembebanan bangunan dan aktivitas tektonik.

Agar persoalan tersebut bisa dipetakan dengan baik dan dicarikan jalan keluar, maka proyeksi harus fokus pada hasil analisis gabungan antara dampak iklim dan penurunan laju muka tanah salah satunya dengan melakukan soil investigation sebelum mendirikan bangunan, dan para pihak terkait harus melakukan langkah-langkah antisipasi dengan kegiatan pelestarian lingkungan, serta diperlukan regulasi yang tepat untuk optimalisasi ekploitasi air tanah pada aquifer tanpa menyebabkan terjadinya penurunan muka tanah yang berlebihan juga diperlukannya untuk menyiapkan langkah lain dengan melibatkan kegiatan riset. 

-